Hari sabtu itu aku berencana untuk pulang ke desa mengingat hari minggunya adalah Hari Raya Idul Adha. Selain karena itu dua minggu sebelumnya aku juga belum sempat pulang ke desa.
Sabtu itu aku berusaha untuk fokus kepada pekerjaan sehingga aku bisa pulang pukul 4 sore. Sekarang ada bus TransJateng rute 9 Penggaron-Godong jadi kalau aku pulang desa bisa naik bus tersebut. Selain berpendingin ruangan, bus tersebut juga bersih dan bebas asap rokok. Meski demikian bus tersebut sangat kurang sekali jumlah kursi serta armada yang tersedia. Karena penumpang bus TransJateng di hari sabtu sore sangat membludak. Banyak penumpang yang harus berdiri dan juga harus menunggu bus berikutnya agar bisa mendapatkan tempat duduk.
Aku saja, harus bela-belain pulang 4 jam sore dan naik Ojol untuk pergi ke Terminal Penggaron agar aku bisa dapat tempat duduk di bus TransJateng. Bayangkan jika aku tidak mendapatkan tempat duduk di dalam bus. Aku pasti harus berdiri lama. Apalagi di daerah Mranggen ada pembangunan Jalan layang yang hal ini menyebabkan kemacetan yang sangat parah. Dan lagi belum lama ini Jalanan di daerah Tegowanu juga ada perbaikan. Di sini kemacetannya lebih parah lagi. Kemarin bus harus berhenti selama1 jam lebih di daerah Karangawen di depan SMP Negeri Karangawen. Duduk saja aku sudah merasakan capek dan rasa tidak nyaman bayangkan jika aku harus berdiri selama satu jam lamanya. Alhamdulillah setiap kali aku naik dari Terminal Penggaron selalu dapat tempat duduk. Karena aku memang berusaha untuk pulang lebih awal.
Aku tiba di rumah sekitar hampir pukul delapan malam. Sebelum sampai tempat tujuan aku menelpon istri saudara sepupuku untuk menjemputku. Karena untuk masuk ke dalam desa jaraknya cukup agak jauh. Begitu tiba, dia juga tak lama datang. Aku berencana untuk beli Mi Ayam di warung langgananku ketika kami akan menuju rumah, tapi sayangnya warungnya sudah tutup. Akhirnya kami mencoba untuk membeli Mi ayam di tempat lain. Sayangnya sampai di rumah dan ketika aku mencobanya rasanya tidak enak. Dan bukan hanya aku saja yang merasakannya. Namun, saudara sepupuku tersebut juga merasakan yang sama.
Ini adalah foto sate kambing yang aku habis buat setelah mendapatkan pembagian daging kurban dari masjid yang dekat dengan rumah. Seladanya aku beli di malam hari sebelumnya meski kondisnya tidak seutuhnya baik , tapi aku berhasil memilih yang masih bagus dan tidak busuk. Ada juga mentimun yang sebetulnya aku beli untuk membuat Tumis Ketimun, tapi karena tidak ada waktu untuk memasaknya dan ketika itu bertepatan dengan datangnya daging kambing ke rumah kami, akhirnya aku tidak jadi masak nasi goreng dan lebih memilih membuat satenya yang lebih antusias buatku.
Selang beberapa waktu giliran adik sepupuku yang lain membuat sate. Sate miliknya diolah dengan Bumbu Maranggi yang harus dilumuri dan direndam terlebih dahulu. Dan aku pun ikut mencobanya setelah sate itu jadi meskipun aku sudah agak kenyang. Dan ini adalah kloter kedua sate yang aku makan setelah beberapa menit aku makan.
Komentar
Posting Komentar